Contoh Laporan Balancing
https://www.paypal.me/MenejerMEDAN?ppid=PPC000654&cnac=ID&rsta=id_ID%28id_ID%29&cust=WRMQN8WRDURZU&unptid=38acf220-7086-11e7-96b1-8cdcd4b6ee30&t=&cal=a7a1f8ea174f6&calc=a7a1f8ea174f6&calf=a7a1f8ea174f6&unp_tpcid=ppme-social-business-profile-created&page=main:email&pgrp=main:email&e=op&mchn=em&s=ci&mail=sys
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengujian balancing adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan
dimana letak titik-titik ketidakseimbangan yang terdapat pada suatu rotor yang
bulat sempurna.
Pada laporan ini yang dibahas hanyalah tentang pengujian balacing
terhadap batu gerinda pedestal. Batu gerinda ini digunakan untuk menggerinda
suatu bahan yang memiliki tingkat toleransi yang sangat kecil.
Batu gerinda pedestal yang
dihasilkan oleh pabrik memiliki bagian-bagian yang tidak seimbang (unbalance)
yang disebabkan oleh ketidaksamaan distribusi massa sistem poros batu gerinda terhadap
sumbu putar yang pada umumnya terjadi
pada saat pabrik memproduksinya. Ketidaksamaan distribusi massa ini terjadi pada saat percetakan dimana
terdapatnya kekosongan-kekosongan ataupun menumpuknya bahan dasar batu gerinda
pada suatu sisi. Untuk mengurangi ketidakseimbangan yang terjadi pada batu
gerinda tersebut, dipasanglah beberapa badul yang berfungsi untuk
menyeimbangkan putaran batu gerinda. Penyeimbangan ini dapat dilakukan dengan
menggeser-geser bandul tersebut.
1.2
Tujuan
percobaan
Secara garis besar
pengujian Balancing ini dilakukan dengan tujuan :
a.
Mempelajari jenis-jenis Unbalance
b.
Mempelajari Penyebab terjadinya Unbalance
c.
Mempelajari dimana letak titik-titik Unbalance
d.
Mempelajari cara-cara membalanckan suatu rotor yang
Unbalance
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Balancing
Balancing
didefinisikan sebagai kesamaan distribusu massa
sistem poros rotor terhadap sumbu putar.
Kondisi
balance akan terjadi bila memenuhi persyaratan :
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
Σ M = 0
Kondisi tidak
balance pada suatu sistem poros rotor yang berputar disebabkan adanya gaya inersia ( Fi
)
Fi
= m.R. ω 2
dimana
: Fi = gaya inersia ( gaya
sentrifugal )
m = massa
tak balance ( W/g )
R =
jarak titik pusat putaran denga titik pusat tak balance
ω =
kecepatan sudut sistem poros rotor yang berputar
Sistem poros
rotor tunggal
Sistem poros
rotor tunggal adalah satu poros yang mempunyai satu lempengan.
Adanya gaya Fi pada
poros tersebut akan mengakibatkan :
1.
terjadi deformasi pada poros tersebut yang berbentuk
melengkungnya poros
2.
bila Fi terlalu besar akan mengakibatkan
poros patah
3.
meleengkungnya poros akan memberikan dampak yang serius
terhadap komponen-komponen lain seperti, rusaknya bantalan, seal dan
sebagainya.
4.
terjadi getaran pada frekuensi 1x kecepatan putar
5.
terjadi gesekan antara komponen yang berputar dengan
casing
6.
terjadinya fatique
7.
suara semakin berisik
Dalam kenyataannya ( pada sistem poros rotor yang terdapat pada turbin,
kompresor, pompa ), rotor hampir selalu tidak merupakan sistem rotor poros
tunggal, dam tempat masssa penyeimbang tidak terletak pada lempengan yang
bersangkutan. Umumnya disediakan tempat khusus untuk tempat massa penyeimbang.
Couple adalah
dua gaya yang sama besarnya, bekerja pada arah
yang berlawanan dan antara gaya
mempunyai jarak.
Besarnya kopel
adalah :
dimana
: K = Kopel ( Nm )
F = Gaya ( N )
L = Jarak antara dua gaya (
m )
Untuk melakukan
penyeimbangan pada suatu bidang dapat dilakukan dengan kaidah :
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
Σ M = 0
Σ WR
cos θ = 0 kesetimbangan gaya-gaya
arah horizontal
Σ WR
sin θ = 0 kesetimbangan gaya-gaya
arah vertikal
Σ WR a
cos θ = 0 kesetimbangan momen pada
bidang A terhadap gaya
horizontal
Σ WR a
sin θ = 0 kesetimbangan momen pada
bidang A terhadap gaya
vertikal
2.2 Unbalance
Unbalance didefinisikan sebagai
ketidaksamaan distribusi massa
sistem poros rotor terhadap sumbu putar. Definisi lain menyatakan bahwa
unbalance adalah kondisi tidak berimpitnya sumbu putar poros dengan sumbu
principal.
Sumbu principal
adalah sumbu dimana massa
sistem poros rotor terdistribusi merata pada sumbu tersebut.
Unbalance yang
berlebihan menyebabkan getaran pada rotor dan struktur penyangga-nya. Kondisi
ini akan memperpendek umur mesin.
Formulasi
unbalance :
F = m
dimana
: F =
gaya
(newton)
m = massa (kg)
R = jari-jari (meter)
2.3 Jenis-jenis
Unbalance
Jenis unbalance dapat dapat digolongkan
berdasar hubungan geometrik antara sumbu poros dan sumbu principal (principal
axis).
2.3.1
Statik
Unbalance
Statik unbalance adalah suatu kondisi
unbalance dimana sumbu principal bergeser terhadap sumbu poros. Unbalance
disebut juga unbalance gaya
(force unbalance) atau unbalance kinetic.
Gambar 1. Static Unbalance
Static unbalance dapat dideteksi dengan
menggunakan knife edge. Sistem poros rotor akan berputar sedemikian rupa
sehingga titik terberatnya dibawah.
Cara yang lain
untuk mendeteksi adalah dengan menggunakan pendulum. Massa unbalance akan terletak pada posisi paling bawah.
2.3.2
Couple
unbalance
Couple unbalance adalah kondisi dimana
principal axis memotong sumbu poros pada center gravitinya. Unbalance ini
terjadi jika massa
unbalance terletak pada jarak yang sama terhadap ujung poros, mempunyai berat
sama tapi berlawanan arah.
Gambar
2. Couple unbalance
Couple unbalance
disebut juga moment unbalance. Untuk mengetahui adanya couple unbalance dapat
digunakan metode dinamik. Jika sistem poros berputar maka akan terjadi getaran
yang berbeda fasa 180° pada dua bidang.
2.3.3
Quasi static
unbalance
Sangat
jarang suatu sistem poros rotor mempunyai tipe unbalance static atau couple
murni. Normalnya kondisi yang terjadi adalah campuran antara keduanya. Sumbu
poros dan sumbu principal masing-masing berpotongan tetapi bukan pada center
gravity. Kondisi ini disebut Quasi Static unbalance.
Gambar 3. Quasi Statik Unbalance
Quasi unbalance
akan terlihat mempunyai getaran yang berbeda besarnya dan ber-lawanan arah pada
dua bidang.
2.3.4
Dynamik
unbalance
Dynamik unbalance sangat sering
terjadi. Kondisi ini terjadi jika sumbu principal dan sumbu poros tidak
berpotongan dan tidak parallel. Unbalance jenis ini mempunyai getaran yang
besar dan fasa berbeda tetapi bukan 180°.
Unbalance
mass yang tidak simetris
Gambar
4. Dynamik Unbalance
2.4 Penyebab Unbalance
o
Blow holes
pada pengecoran. Impeller pompa atau pulley yang besar kadang-kadang
mempunyai blow holes atau pasir yang terjebak yang disebabkan karena proses
pengecoran
o
Eccentricity.
Terjadi jika geometric centerline tidak berimpit dengan rotating centerline.
Contohnya adalah jika suatu rotor bulat sempurna tetapi pusat putarnya tidak
pada center.
o
Key and
Keyways. Jika pembuat pulley membalance pulleynya tanpa key, dan pembuat
motor membalance motor juga tanpa key, maka ketika komponen ini digabungkan key
yang dipasang akan menyebabkan unbalance.
o
Distorsi.
Walaupun komponen sudah sudah dianggap pada kondisi balance pada proses
pembuatannya, pada proses selanjutnya mungkin saja tarjadi distorsi yang
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari komponen tersebut.
Thermal distorsion adalah distorsi yang disebabkan oleh
tidak meratanya perubahan bentuk yang disebabkan oleh temperatur. Hamper semua
metal memuai jika dipanaskan. Jika pemanasannya tidak merata, maka perubahan
bentuk juga tidak merata yang akhirnya akan menyebabkan kondisi unbalance.
o
Clearance
tolerance. Salah satu penyebab unbalance yang sangat umum adalah akumulasi
toleransi yang berakibat terjadinya pergeseran ukuran.
o
Korosi dan
keausan. Komponen yang bekerja pada lingkungan korosif atau mudah terjadi
keausan sedemikian rupa sehingga terjadi korosi dan keausan yang tidak merata
akan menyebabkan kondisi unbalance.
o
Deposit
built-up. Rotor yang digunakan
dalam menangani proses pemindaha material mengalami unbalance yang disebabkan
oleh menumpuknya material secara merata.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan
waktu
Praktikum dilaksanakan di lab.
Maintenance Teknik Mesin
Pertemuan pertama pada tanggal November 2013
Pertemuan kedua pada
tanggal November 2013
Pertemuan ketiga pada
tanggal November 2013
3.2
Metode
balancing
3.2.1
Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan praktikum balancing. Hal-hal tersebut adalah :
a.
Cek vibrasi dan analisis dengan hati-hati sehingga
menghasilkan kesimpulan bahwa getaran tersebut disebabkan benar-benar oleh
terjadinya unbalance. Analisis yang salah akan membuat proses balancing menjadi
sia-sia karena getaran masih tetap besar.
b.
Lakukan inspeksi pada motor atau poros-poros jika ada
kemungkinan-kemung-kinan retak. Yakinkan bahwa semua baut terikat dengan benar.
c.
Cek rotor terhadap adanya tumpukan kotoran.
d.
Dari data analisis, catat manakah arah radial
(horizontal-vertikal) yang menunjuk-kan nilai lebih besar. Tempat sensor pada
arah pembacaan yang benar.
e.
Sebelum melakukan rekaman data unbalance, yakinkan
bahwa mesin sudah berjalan kontinu. Banyak mesin dari kondisi diam kekondisi
stabil operasinya memerlukan waktu.
3.3
Prosedur
Balancing
- Peralatan praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a.
Batu gerinda pedestal
b.
Bandul
c.
Busur derajat
d.
Spidol
permanen
e.
Kunci L 8 mm
- Langkah-langkah praktikum
Adapun langkah - langkah dalam melakukan praktikum ini adalah :
a.
Memeriksa kondisi peralatan.
b.
Assembly peralatan.
c.
Mencari titik-titik balance.
d.
Mengukur
jarak antara bandul
BAB IV
ANALISA DATA
Berdasarkan hasil penelitian yaitu
mencari titik-titik unbalance, maka telah ditemukan titik-titik dimana bandul
itu diletakkan yaitu sebagai berikut :
Bandul 1
= 180°
Bandul 2
= 85°
Bandul 3
= 75°
Jarak Antara Bandul 1 ke bandul 2 = 85°
Jarak Antara Bandul 2 ke bandul 3 =
155°
Jarak Antara Bandul 3 ke bandul 1 =
80°
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum pada Laboratorium Maintenance dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu :
a.
Bahwa setiap batu gerinda pedestal yang dibuat oleh
pabrik masih terdapat titik-titik unbalance.
b.
Untuk menyeimbangkan suatu batu gerinda pedestal,
dipasanglah beberapa bandul yang dapat diatur dengan mengeser-geser bandul
tersebut.
c.
Tidak samanya jarak antara titik unbalance yang satu
dengan yang lain menye-babkan tidak sama juga jarak antara bandul yang satu
dengan yang lain.
5.2 Saran - saran
a.
Sebaiknya pada saat pelaksanaan praktikum, para
mahasiswa lebih memper-hatikan tahap-tahap pelaksanaan praktikum agar
telaksananya praktikum tersebut seperti yang diharapkan.
b.
Mahasiswa sebaiknya lebih disiplin dalam mengikuti
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Rotor Balancing & Shaft Alignment,
PT. Wahana Ilmu Sarana Hakiki.
gambarnya tidak nampak
BalasHapusgambar tidak nampak
BalasHapus